Thursday, 16 April 2020

Jiwa yang terjajah

Sepinya malam kelam melebarkan sayapnya inilah saat yang benar-benar mengerikan, bagian dari waktu yang memiliki kekuatan penuh menerjemahkan. Pada saat seperti ini hening melingkup segala. Akan terdengar bagi mereka yang mencintai keheningan bahwa malam lebih bernyawa melantunkan desah angin yang tergesek pada daun-daunan.

Dari langit yang jauh, pada saat malam kelam mengepung itu terlihat rumah-rumah terhampar acak pada suatu wilayah dibawah sana. Rumah-rumah itu tampak seperti butir-butir mutiara yang berkilauan. Sebab, dari setiap rumah memancarkan cahaya lampu yang sengaja tidak dipadamkan.

Ditengah malam ditemani angin yang menusuk tak sengaja sejenak berfikir. Rasa ini tak diundang namun terus berdatangan. Terus berfikir membuatku bodoh. Apa dengan melarikan diri kita bisa lupa dengan hal-hal yg membuat kita merasa patah. Memulai perjalanan seorang diri. Mengikis perasaan sia-sia yang hanya akan merugikan diri sendiri. Sudah cukup lama. Tapi kau bahkan tak kunjung pergi dari ruang ini. Kau terlalu angkuh untukku usik. Hingga detik ini aku dengan bodohnya masih saja memikirkan mu. Kau tak tau tenggorokan ku seperti tertusuk pecahan kaca ketika teringat kenangan dengan mu.

No comments:

Post a Comment

Astronot

Aahhh menyebalkan. Apa aku harus jadi astronot biar bisa menggapaimu hey bintang. Ketika kecil dulu sempat cita-cita pertama yang terlintas ...