Suara klakson saling bersahutan saking bencinya kemacetan. Lampu sein belok kanan malah serobot kiri menjadi hal wajar biasa dilakukan. Atmosfer panas yang dibicarakan orang-orang memeng benar, ketika saya keluar stasiun, panas mulai mencengkram padahal musim hujan. Kota ini tidak direkomendasikan bagi orang-orang yang menyukai ketenangan karena disetiap sudut jalan anehnya suara klakson selalu bersahutan. BERISIK dan panas.
Saya ke Jakarta bukan untuk minggat. Mendengar ibu kota akan pindah saya merasa cukup perlu untuk bisa menginjakan kaki. Selain itu saya juga ingin tahu bagaimana kehidupan kota metropolitan satu ini yang katanya selalu macet, banjir, dan tak pernah tidur ini.
Seperti biasa kereta selalu jadi transportasi favorite untuk bepergian. Berangkat dari stasiun Bandung menuju stasiun Gambir . Tidak memakan banyak waktu, karena Bandung-Jakarta cukup dekat. Seperti biasa saya juga tidak banyak membawa uang walau ini JAKARTA yang katanya biaya hidup mahal. Akhirnya sampai di Jakarta saya naik busway karena naik ojek online terlalu mahal.
Ini pertama kalinya saya naik busway. Untuk orang awam saya tidak tahu apa-apa. rute perjalanan dan harus berhenti dimana saya juga tidak tahu. Kebetulan saya ada teman yang tinggal di Jakarta waktu itu, tepatnya Jakarta Barat daerah Kapuk, dan itu cukup jauh dari Stasiun pemberhentian. Akhirnya dengan modal hanya tahu nama halte terdekatnya saya memberanikan diri untuk naik transportasi umum ini. Lumayan cuma butuh Rp.3500 sudah sampai tujuan. Setelah bertanya jujur saya seperti orang bego. Seperti anak hilang. Saya tidak langsung paham bagaimana rutenya. Berkali-kali setiap busway datang saya selalu bertanya kepada petugas halte apakah itu bisa mengantar ke halte tujuan. Ok saya sudah masuk busway dan harus transit satu kali. Keadaan itu lagi-lagi membuat saya bego, pasalnya di halte berikutnya terlalu banyak busway yang berdatangan juga. Untuk orang yang tidak mengenal kota ini saya cukup takut dengan situasi semacam ini. Takut hilang dan nyasar di kota orang. Akan tetapi untungnya tuhan melindungi sehingga saya sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Begitulah, hematku mengalahkan rasa takutku. Tidak buruk juga untuk dijadikan pengalaman.
Dihari berikutnya saya juga pergi ke Monas, Kota Tua, Bundaran HI dan Gelora Bung Karno. Sekadar ingin tahu dan mumpung sedang berada di Jakarta rasanya perlu untuk mampir dan mengambil beberapa foto disana. Dan ini hasil jepretan saya.
Perjalanan mampir ke Jakarta ini dilakukan sebelum Coovid-19 melanda, Jakarta waktu itu hidup seperti yang kita tahu. Ramai dan berisik. Dan kini Jakarta dibuat terdiam sejenak oleh tuhan. Jakarta dibiarkan Istirahat sedikit panjang dari ramainya orang dan kendaraan. Jakarta Rehat. Jakarta Semoga lekas sehat.