Monday, 12 October 2015

Belajar Gitar




Sejak SMP saya mulai mengenal gitar. Saya tertarik dengan alunan nada gitar yang dimainkan oleh teman-teman saya. Dan saya juga merasa heran ketika nada yang ditimbulkan oleh senar gitar tersebut bisa membuat hati merasa nyaman.

Akhirnya saya bertekad ingin mempelajari bagaimana cara bermain gitar. Tetapi yang menjadi hambatan, saya sendiri tidak mempunyai alat musik itu. Tapi untungnya ada beberapa teman saya yang punya, jadi sesekali saya bisa pinjam sambil minta diajarkan beberapa kunci dasarnya.


"Memainkan gitar itu susah-susah gampang" temanku berkata seperti itu. Ya memang begitu adanya, bagi yang udah mahir pasti gampang dan bagi yang pemula pastilah sangat susah butuh perjuangan untuk mengganti lebel pemula menjadi mahir. Saya kagum pada teman saya yang 1 ini, dia itu sangat mahir menurutku dalam urusan memainkan gitar. Mau dipetik mau acoustik dia bisa, dan yang lebih saya kagumi lagi dia itu mampu memainkan kunci-kunci yang cukup rumit seperti pada lagu Depapepe Start & One. Terkadang saya juga merasa sirik, kenapa dia bisa sedangkan saya tidak? Dari situ saya belajar terus walaupun yang saya pelajari itu hanya kunci dasarnya saja dan belum sampai tahap susah ,hehe. Ya begitulah, setiap ada waktu luang saya selalu meminta teman saya mengajari bermain gitar. Lagu pertama yang diajarkan adalah lagu "Naik-naik ke Puncak Gunung".


Mungkin lagu ini sangat gampang, tapi bagi pemula seperti saya lagu ini cukup susah, hehe. Saya harus menghafal 3 kunci A, E & D. Cuma 3 kunci tapi butuh perjuangan untuk berhasil memainkan lagu tersebut. Pertama saya harus benar-benar hafal dimana letak kunci pada senar tersebut, Kedua saya harus menekan senar dengan benar agar suaranya tidak sumbang, Ketiga saya harus bisa dengan benar memetik senar-senar gitar itu agar bunyi yang dikeluarkan bernada, dan yang ke empat saya harus tau kapan akan memindahkan kunci 1 ke kunci lainnya. Supaya bisa lancar setiap ada gitar yang nganggur pasti saya gonjreng. Tidak peduli mau fals atau tidak tetap saya gonjreng, saking semangatnya jari-jari kuku saya sampai berdarah. Entah kenapa sampai bisa segitunya, apa mungkin karena terlalu keras menggonjrengnya? Entahlah.


Tapi waktu saya tanya ke teman-teman, mereka menjawab "Tidak nyampe berdarah, cuma sakit jarinya saja" begitu kata mereka. Yah.. apa cuma saya saja ya yang belajar gitar sampai jari berdarah? Entahlah, mungkin diluar sana banyak yang mengalami peristiwa yang serupa dengan saya, hehe Dari situ saya hampir putus asa. Tapi ketika melihat temanku yang bermain gitar dengan begitu mahir, niatku diurungkan untuk menyerah. Lalu saya bertanya kepadanya "Apa dulu ketika belajar gitar gitar kamu langsung bisa? apa kamu tidak mengalami kesulitan?" Dia tertawa lalu menjawab "Dulu saya sama sekali tidak bisa memainkan gitar, tapi saya berusaha dan belajar terus sampai saya bisa. Awalnya tanganku juga sakit-sakit, tapi walaupun sakit saya terus berusaha nanti juga akan terbiasa ini dan gak akan merasa sakit lagi"


Begitulah katanya, dari situ saya tahu apa kunci agar bisa memainkan gitar dengan mahir. Kuncinya adalah terus berusaha, berlatih dan pantang menyerah. Tak peduli akan bisa atau tidak yang penting kita sudah mencoba dan berusaha. OK! mulai sekarang saya akan berlatih supaya saya bisa memainkan gitar dengan mahir. Doakan saya ya sahabat bloger ;) Oh iya, tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman saya yang telah mengajari saya bermain gitar, walaupun sampai sekarang saya masih kaku memainkannya. Jasa kalian akan saya ingat kawan.

Kisah Lampu Jalanan Dan Hujan



Dalam rintikan hujan cahayanya mulai meredup. Bahkan dalam gelapnya sang malam, cahayanya sudah tak mampu lagi untuk menerangi jalan yang ada didepannya. Tak ada lagi yang tertarik padanya. Dan bahkan tak ada lagi orang yang peduli untuk mengganti lampunya. Perlahan waktuk memaksa jiwanya untuk berhenti berpijar. Luka dan karat yang ditimbulkan oleh hujanpun kini kian menghardiknya tanpa ragu. Dalam cahaya terakhirnya ia menjawab pertanyaanku.. "Aku hanya lampu jalanan, aku hanya selalu menunggu malam datang. Aku hidup dalam sebuah kisah yang tak pernah menceritakan apa-apa. Aku dulu menerangi. Hingga pada akhirnya aku sendiri lupa untuk siapa aku menerangi, hingga pada akhirnya aku lupa untuk siapa aku ada. Aku merindukan hujan itu. Hujan yang mengkaratkan diriku. Aku rindu cahayaku menghangatkan hujan yang sejatinya tak pernah tercipta untukku."


"Apa aku salah merindukan sesuatu yang merusak diriku sendiri? Aku tidak menyesal, aku tidak marah. Walaupun harus lusuh besiku, walaupun harus padam cahayaku, setidaknya aku tahu bahwa rindu ini selalu mengajarkanku arti untuk mensyukuri hidup" Hening Mendengar itu aku terdiam menatap penuh nanar kepada sang lampu jalanan. Lampu yang dulu terkenal ceria dan terang, kini hanya menjadi besi tua berkarat dengan bohlam kecil padamnya. Tak ada seorangpun yang tahu rindu sebesar apa yang ia derita. Sehingga ia memutuskan untuk tetap bertahan sampai titik sinar terakhirnya itu.

Setelah menjawab pertanyaanku tadi, kini lampunya benar-benar mati. Dia benar-benar mati. Dia mati dalam rasa yang ia ciptakan sendiri.

Astronot

Aahhh menyebalkan. Apa aku harus jadi astronot biar bisa menggapaimu hey bintang. Ketika kecil dulu sempat cita-cita pertama yang terlintas ...