Saturday, 16 May 2015

Cerita Aku, Hati, dan Logika




Di suatu malam yg hening aku bertanya pada hati dan logikaku. Apa yg harus aku lakukan dengan keadaan dan perasaan ini? Haruskah aku lepaskan, ataukah aku pertahankan? Bahkan langkah ini blum bgitu jauh, perasaan ini masih sama seperti dulu.

Logika berbisik "Baru satu langkah saja telah banyak tembok-tembok tinggi yg menghalangi jalanmu, telah bnyak kerikil yg tajam yg membuatmu terjatuh dan terluka. Rasanya menurutku tak mungkin kamu sampai ke puncak jika keadaannya seperti ini".
Tiba-tiba hati berteriak, "Tidak! kamu pasti bisa melewatinya. Beberapa tahun yg lalu kamu pernah merasakannya, dan selama itupun kmu mampu bertahan, bahkan tanpa syarat mencintainya. Meskipun dia lebih memilih orang lain dibandingkan dirimu. Aku yakin kamu mampu." Baiklah aku memilih mengikutimu hati.. 



Tapi lagi-lagi aku merenung kembali. Perjalanan ini rasanya telah cukup lama aku tempuh, tapi semakin lama semakin jauh, tembok-tembok itu semakin menjulang tinggi, batu-batu kerikil itu semakin besar dan semakin tajam. Lalu hati, benarkah jalan yg aku tempuh ini? Atau jalanmu logika yg lbh baik aku jalani?

"Aku jga blang apa, sudahlah menyerah saja pada keadaan. Tak akan smudah itu kamu mengubh apa yg telah tertanam dalam hati orang. Bkankah msh bnyak orang diluar sana yg sanggup membhagiakanmu, tanpa ada bnya begitu rintangan dan sakit yg akan kmu rasakan? Ikuti saja aku, bukankah selama ini kamu selalu memilihku dlam hal apapun. Lalu mengapa tidak untuk urusan ini?" Logika berusaha meyakinkan.. 


Hati jga ikut meyakinkan."Bertahanlh untuk hatimu dan jga hatinya. Berjuanglah bhwa smua ini pasti ada akhirnya. Tak akan selamanya luka, pasti ada bhagia. Tak akan selamanya hujan karena akan ada plangi. Dan tak akan selamanya malam krena akan ada matahari yg menantimu diujung pagi. Sebuah harapan untukmu, ya masih ada harapan untukmu dan untknya untuk bersama". Aku tertegun akan jawabnya dan merenung, Haruskah aku mengikutinya lagi?

Dan aku berjalan lagi menyusuri jalan berliku ini. Lalu stelah jalan ini lama ku tempuh, aku msh saja tak menemukan ujungnya. Dan kerikil serta tembok itu mash tetap saja ada bhkan tak rubh oleh waktu. Bkan hanya gelap tapi kabut tebal menutupi arah dan tujuan. Aku mulai mrasa lelah. Haruskah aku berhenti disini, jika aku dan dia tak prnah menemukan ujung dri jlan ini? 


"Lalu apakah kamu bsa melepasnya?" tanya hati.
"Tak ada ikatan apapun sulit bgimu melupakannya, bgaimana skarang stlah perjalanan panjang ini bersamanya. Sanggupkah ingatanmu melupakannya? Aku rasa akan sangat sulit". Logikapun menambahkan.

Ya, kalian benar. Tak akan mudah bagiku melepas dan melupakan dia. Yg karenanya air mataku jatuh dan karenanya tawaku lepas. Yg karenanya pipiku merona malu, yg karenya pula hatiku merasa kesal.

"Tapi dia punya apa sampai kamu mempertahankannya meski kmu merasa sakit yg tak dapat dia rasakan?"
"Mungkin bgimu logika, dia tak sempurna. Dia terlihat bodoh dan konyol serta biasa saja. Meskipun begitu tapi dia istimewa. Meski aku tak pernah tahu alasannya"
Akupun tetap melangkah meskipun lelah dan msh tetap tak dpat melihat ujung dari perjalanan ini.  


Tapi hati, kini dia pun tlah lelah merasa tak yakin akan dirinya. Jika karena batu kerikil, tembok-tembok tinggi, semua perkataan orang kepadaku dan semua keadaan ini. Selama dia mash tetap berdiri tegak d sampingku, aku mengikutinya tuk bertahan. Tapi jka dia tak lagi percya pada jalan ini, tak lagi percaya pada dirinya dan menyerah pada keadaan, haruskah aku tetap mengikutinya? Atau kali ini aku menyerah pada logikaku? atau aku tak pilh kalian, hanya memilih waktu. Mungkin waktu akan membantuku memakan perasaanku, Seperti yg dia lakukan pada kayu keropos itu...  

Izinkan Aku Mencintaimu Dalam Diam




"Aku mencintaimu dalam diam, dengan isyarat yang tak akan pernah tertangkap oleh indra. Aku tahu memiliki rasa ini adalah sebuah kesalahan, namun aku dibuat tak berdaya oleh rasa ini. DIAM menjadi caraku untuk mencintaimu"


Ada begitu banyak alasan yang terkadang membuat kita tak ingin jujur. Ada begitu banyak alasan yang sesaat membuat kita hanya fokus pada seseorang yang bersinar dibalik jeruji kesadaran kita. Namun tak membutuhkan sedikitpun alasan untuk memahami penyebab sebuah cinta hadir.


Dia datang begitu saja tanpa ku minta. Dia masuk tanpa permisi meski aku tak membentangkan hati. Dan dia melindas sisi-sisi keangkuhanku tanpa banyak kata. Menakjubkan!! Dia berhasil membuatku mencintainya dan mengaguminya dari berbagai arah tanpa sanggup kubaca jedanya.


Dan aku tidak tahu bagaimana caranya dia masuk dan menjalar keseluruh nadi dan mengalir dalam darahku. Bagaimana sel darah merahku bisa membawanya? Bagaimana tubuhku tidak menolak virus itu? Bagaimana bisa virus tumbuh sangat lama dan tidak bisa mati melainkan bertambah ganas? Apa aku akan mati? Jawabannya tentu mungkin.


Dia adalah sebuah kisah yang awalnya tak kupahami alurnya, dia adalah kisah yang tak sengaja ku ikuti alurnya. Begitu dia masuk kedalam hidupku, aku seperti tersihir. Maka aku sudah seperti bayangan palsu yang mengikutinya di belakang. Ah, jika saja dia mengizinkanku untuk menjadi bayangan resminya, mungkin aku akan tersenyum lebar dan bahagia :') Tapi takdir berkata lain, Dia tidak sedikitpun membirkanku masuk kedalam hatinya walau hanya 1 menit.


Tapi tak apa, pendaman rasa cintaku akan ku ungkapkan dalam diam. Diamku adalah cintaku dan Cintaku adalah diamku. Dan jika memang cinta dalam diamku itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap diam.

"Aku mencintaimu dalam diam, dengan isyarat yang tak akan pernah tertangkap oleh indra. Aku tahu memiliki rasa ini adalah sebuah kesalahan, namun aku dibuat tak berdaya oleh rasa ini. DIAM menjadi caraku untuk mencintaimu"


Ya.. senyuman itu terus ku ukir, tidak berniat untuk menunjukan sisi rapuh yang ku miliki. Melihatnya bahagia adalah suatu hal yang ku harapkan. Bertahun-tahun mencintainya dalam diam, nyatanya tidak sedikitpun membuatku berani berlayar menuju hatinya. Tidak sedikitpun aku berani untuk menyalakan tanda yang akan membuatnya menjadi tahu, melihatnya dari jarak dekat saja sudah membuatku bahagia.

Friday, 1 May 2015

Jadilah Seperti Bunga Edelweis

Guruku pernah bilang "Jadilah seperti bunga edelweis". Awalnya aku bingung dengan perkataan guruku, Bunga Edelweis? Nama itu terasa asing di telingaku. Bahkan aku baru tahu kalau ada bunga yg namanya Edelweis. Wajar dulu masih anak-anak jadi pengetahuan kurang luas :D wkwk

Karena aku penasaran, ingin tahu bunga Edelweis itu seperti apa akhirnya aku cari di Google, gudang dengan berjuta informasi "Katanya" :D . Ketemu! Bunga yg indah, selain indah bungan ini juga melambangkan keabadian. Bahkan tersimpan mitos dimana bagi yg memberikan bunga ini kepada pasangannya, maka cintanya akan abi. wah jika benar hebat sekali bunga ini.

Sampai situ aku masih bingung, kenapa guruku menyuruh untuk jadi seperti bunga Edelweis? Bicara tentang keabadian bila di lihat dari segi kehidupan (bukan percintaan), aku kan bukan raja Namrud yg menginginkan hidup lama di dunia dengan abadi :D haha.. Entahlah aku masih belum mengerti.


Terus aku mulai cari-cari lagi tentang bunga Edelweis. Dan menurut informasi, untuk mendapatkan bunga Edelweis butuh banyak perjuangan, karena bunga ini tumbuh di puncak-puncak atas lereng gunung. Oleh karena itu kita bisa membayangkan betapa susahnya untuk bisa memetik bunga abadi ini.

Sampai sini aku baru paham maksud dari perkataan guruku. Bisa dikatakan bunga Edelweis tidak hanya mengandung makna abadi. Namun bunga ini juga bisa disebut sebagai bunga yg kokoh. Kenapa bisa di bilang bunga yg kokoh? Karena bunga tersebut bisa mengajarkan kepada manusia tentang kegigihan dalam menghadapi situasi apapun. Bunga Edelweis tidak mati ataupun layu ketika berada di suhu yg dingin dan bahkan bisa mencapai suhu di bamah 0°.

Itulah kekokohan bunga Edelweis. Bunga yg kecil namun sangat indah jika bersatu. Seperti manusia yg seharusnya tidak hidup sendiri. Jka kita bersatu akan membuat hubungan lebih indah dan jga bisa membuat seseorang bangkit.

Berprinsiplah jika ingin menjadi manusia yang kokoh, dan berpegang teguhlah pada keyakinan yang kamu miliki karena akan bisa mengantarkanmu ke dalam lembah kesuksesan.
Itulah makna dari sebuah bunga Edelweis. "Jadilah seperti bunga Edelweis" perkataan itu akan selalu aku ingat. Terimakasih ibu.. kini aku paham maksud dari perkataanmu, itu sangat memotivasi jalan kehidupanku.

Astronot

Aahhh menyebalkan. Apa aku harus jadi astronot biar bisa menggapaimu hey bintang. Ketika kecil dulu sempat cita-cita pertama yang terlintas ...