Sunday, 31 January 2016

Bias Hujan



Entah dari mana aku akan memulai menuliskan tentang indahmu, apakah dari biasmu yang memburam dikaca jendela kamar ini, atau dari riangnya anak-anak kecil bermain-main denganmu? Aku tidak tahu.
Hujan jelang sore kali ini terasa lain. Ada bulir hangat yang jatuh menyatu dengan tetes air penuh rahmat ini. Ya, aku memang sengaja berlari ke tengah-tengahnya merasakan tiap tetesnya yang mulai berubah menjadi deras.
Kali ini bukan karena aku rindu padanya, ini lebih karena aku ingin bersembunyi. Lebih tepatnya menyembunyikan bulir hangat dan suara penuh isak. Dan hujan, kali ini kau menyelamatkanku dari pandangan sekitar. Karena mereka hanya tahu aku basah karena hujan, bukan aku yang basah karena menangis.

Astronot

Aahhh menyebalkan. Apa aku harus jadi astronot biar bisa menggapaimu hey bintang. Ketika kecil dulu sempat cita-cita pertama yang terlintas ...